
Beberapa hari kemudian, entah bagaimana aku akan menemukan diriku, seperti angan yang menarikkku ke dalam masa lalu yang kelihatannya hanya seutas rasa egoisme dan kesombongan, untuk menemukan kejujuran yang sulit terhapus oleh maaf. Bagaimana caranya menelan ludah sendiri dan memungut sampah yang terbuang. Oh, sang ratu adil, dimana timbangan itu ketika semua berat sebelah, kau tahu disudut sakit itu sepi menjadi momok yang menghancurkan warna cakrawala bumi, dan meteor meteor jatuh serta enggan menjadi sebuah permintaan dari harapan-harapan dalam khayalku. Seperti merindui air keruh untuk diteguk dalam keringnya kerongkongan yang siap mencabut nyawaku.
Aku mencoba mengalahkan suara hati yang berteriak memanggil namanya. Aku kembali ke bulan september dan menemukan aroma khas nya, mencari-cari dimana asalnya, namun telah dihirup oleh manusia baru nan indah untuk semua rasa cinta yang beruntung karena aku hidup tanpa semua itu. Sekarang aku mengerti rasa sakit karena disingkirkan dan ditikam dari belakang. Aku menikmati setiap keyakinan karena bukan aku yang mampu menjadi wanita yang bisa berbagi dengan sejumput rasa lelah itu.